Film Drama Horor Komedi
kennarayan
01.14
Suatu hari ketika
dimana gue gak punya kerjaan karena ini heri sabtu dan gue termasuk mahasiswa
‘gerakan bawah tanah’ yang gak ikut segala kegiatan di kampus. Dengan alasan
gue mau fokus si kuliah aja sampe gue punya penyakit ambeyen yang membuat gue
menghindari segala kegiatan kampus. Dan hari sabtu ini gue nonton tv di kost-an
gue. Walaupun Cuma ada televisi layar cembung yang agak gede dan gue selalu
berebut nonton dengan banyak semut di dalam tv. Gue putuskan untuk menonton
sebuah film horor yang asli najong, gak horor sama sekali. Lebih tepatnya
komedi horor. Film ini gue penuhi dengan gemericik suara tawa yang bukan dari
gue. Nah lu, siapa coba? (jadi ikutan
horor nih kisahnya). Dan ada sebuah adegan yang membuat gue bingung segaligus
miris. Gue gak mampu berkata-kata. Judul filmya ‘dibalik kupu-kupu kertas’.
Mungkin judulnya lebih pas ‘ada kupu-kupu di balik kertas’ atau ‘hantu
kupu-kupu kertas’. mungkin dengan judul seperti itu, Ebit G Ade bisa ngisi soundtracknya. Atau mungkin bakal ada
adegan perselinguhan antar setan karena salah setan lebih milih si setan jablay
dan judulnya menjadi ‘setan dibalik kupu-kupu malam’. Dan sang pembuat film
bisa membuat sekuelnya dan bersiaplah negara kita terkenal dengan kegoblokan
orang-orangnya. Dan gue adalah orang pertama yang disalahkan untuk itu
semuanya. Dan ada adegan dimana semua pemeran utama berkumpul di suatu ruangan
untuk membicarakan kematian temannya yang mati secara misterius (mulai serem
nih). Disitu ada 2 cewek yang sedang berdekatan dan 2 cowok yang sedang
berdekatan juga, terakhir kali kabarnya mereka homo loh.
Balik ke cerita yang serem itu. Kedua cewek melakukan
percakapan, adegannya seperti ini.
A: “gue gak mau mati.” Menghela napas besar dan muka yang
tegang, sampe gak bisa bedain ini muka tegang gara-gara apa (jangan jorok ya).
B: ”gue juga gak mau mati”. Hening, suasana mencekam. Lalu
mereka berdua perpelukan.
A: “sumpah gue gak mau matiiiii!” suasana makin mencekam.
Hening, hanya terdengar suara lagu dangdut dari radio pembatu di rumah itu. Serem banget kan.
Ada banyak kejanggalan disini. Ini seharusnya jadi koreksi
para produser, sutradara, asisten sutradara,kameramen, penata rias, para artis,
supir, pembantu umum, pemain figuran dan keluarga mereka. Gue sangat kecewa
dengan film ini terutama karena gue adalah fans berat dari Ebit G Ade. Pertama,
udah takdirnya menusia buat mati. Semua mahluk hidup pasti mati. Gak usah
ngomongin nenek-nenek mantan jablay yang masih perawan (sakti nih nenek-nenek)
udah berumur hampir 80 tahun, bisa aja kalian anak SMA yang belum pernah
pacaran tapi udah gak perawan habis baca cerita gue aja mungkin akan segera
mati (pas nulis ini gue deg-degan loh). Iya gak? Kenpa dengan gobloknya dia
bilang kalo dia gak mau mati. Kalo lu gak mau mati lu gak usah hidup. Lagian,
lu mati tinggal mati-lu gak usah repot dengan kematian lu, yang repot yang
masih hidup-mereka yang harus ngurus pemakaman lu sampai masalah utang. Untuk
kesalahan ini di bebankan kepada penulis naskah yang sekarang lagi ikut ESQ
biar insaf. Kedua, lu mau ngapai hidup di dunia lama-lama? Lu Cuma biasa nambah
repot dan utang lagi. Lu akan bertambah tua, dengan keriput di sekujur tubuh.
Apalagi lu gak mungkin makin tua makin cantik, terutama dengan kondisi dada lu
yang peyot. Dan sekaya apaun diri lu, gak bakal ada brondong yang mau nemenin,
tidur atau ML sama cewek yang lebih dari 200 tahun dan gak mati-mati. Dan satu
lagi, lu bakal bau nenek-nenek yang baunya sama kayak nenek gue atau neneknya
nenek gue. Ketiga, itu pemeran pasti gak punya agama. Gue mau serius tentang
ini. Gue kasih tahu yaa. Hidup dan mati itu Cuma ada di tangan Tuhan. Dari mana
dia yakin kalo temennya itu gak bakal mati. Mungkin dia adalah salah satu
titisan jibril, mungkin juga titisan Lia Eden. Dunia hiburan yang sudah
menyerang otak semua mahluknya. Terutama gue dan para pembaca.
Thanks
Mengaharap Tuing-tuing
kennarayan
05.34
Kali ini tentang temen gue yang gak punya pacar (gue juga
sih) dan naif (kalo ini gue gak). Sebut saja “Bunga”. Bunga merupakan teman
satu kampus, satu fakultas dan satu jurusan. Intinya dia satu kelas sama gue.
Bunga sudah lama tidak merasakan belaian (jablay dong, jarang di belai gitu)
seorang lelaki. Sangat tragis. Bunga sudah lama tidak punya pacar. Dia sering
dilanda kesepian, karena tidak ada yang sms-in dia (di saat gue sms-an sama
nyokap). Kenaifannya muncul atau lebih tepatnya terlihat setelah gue mulai
dekat dengannya. Kadang dia merasa senang setelah ada seorang pria yang nengok kearahnya (walaupun setelah itu,
yang ngeliatin tadi muntah). Bunga bukan anak yang jelek. Hanya saja dia sering
terlihat bloon, atau lebih tepatnya tablo
(baca: tampang bloon). Dia selalau berharap “dituing-tuing” (baca: dilirik lalu
berkedip genit) oleh mahasiswa fakultas hukum di kampus gue. Untuk usaha
pertama, kita sering membeli koran yang terdapat di depan gedung fakultas
hukum. Disana sering dipenuhi anak-anak hukum yang sedang wifi-an. Saat membeli koran, kita sering membuat percakapan kurang
penting atau tidak penting dengan abang koran. Semisal ‘bang, jualan koran
ya?’, ‘udah berapa lama jualan, bang?’, ‘kompas dua ribu dapet dua ya, bang?’
dan segala pertanyaan yang seharusnya di jawab dengan bacokan. Kita
berlama-lama disitu hanya untuk menunggu “tuing-tuing” dari salah satu pria
disana. Sampai suatu ketika ada mahasiswa dengan perawakan tinggi, kurus dan
memakai kacamata dengan sebuah tas, celana jeans trendy yang resletingnya
terbuka setengah dan uang seribuan yang nongol sedikit dari kantong didadanya,
menatap Bunga. Lelaki itu berjalan kearah kami, masih menatap Bunga lalu
berkedip beberapa kali sampai melewati kami. Dan sudah gue kira, Bunga sangat
senang dengan kejadian tadi. Dia mengingat setiap detik adegan tadi. Dan dia
berjanji untuk melewati gedung fakultas hukum setiap hari hanya untuk melihat
wajahnya ynag kedua atau mungkin ketiga kalinya. Gue cuma bisa tersenyum kecut
saat melihat Bunga bahagia. Disaat gue tau setelah lelaki itu berkedip beberapa
kali dan melawati Bunga, gue liat dia mengucek-ngucek matanya. Dan udah pasti,
tadi dia kelilipan, atau dia baru bangun tidur atau dia menderita sakit mata
atau dia belekan. Yang pasti dia tidak “tuing-tuing” kepada Bunga. Inilah bukti
gue adalah teman yang baik, disaat temannya bahagia untuk hal yang tidak dia
ketahui dengan pasti. Gue tulis kisahnya di blog gue. Maaf ya miss bro. J
*nama disamarkan,
kejadian hampir sama yang didramatisir*
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar