your life is just a sketch by pencil in your heart and your mind.

Mengaharap Tuing-tuing


          Kali ini tentang temen gue yang gak punya pacar (gue juga sih) dan naif (kalo ini gue gak). Sebut saja “Bunga”. Bunga merupakan teman satu kampus, satu fakultas dan satu jurusan. Intinya dia satu kelas sama gue. Bunga sudah lama tidak merasakan belaian (jablay dong, jarang di belai gitu) seorang lelaki. Sangat tragis. Bunga sudah lama tidak punya pacar. Dia sering dilanda kesepian, karena tidak ada yang sms-in dia (di saat gue sms-an sama nyokap). Kenaifannya muncul atau lebih tepatnya terlihat setelah gue mulai dekat dengannya. Kadang dia merasa senang setelah ada seorang pria yang nengok kearahnya (walaupun setelah itu, yang ngeliatin tadi muntah). Bunga bukan anak yang jelek. Hanya saja dia sering terlihat bloon, atau lebih tepatnya tablo (baca: tampang bloon). Dia selalau berharap “dituing-tuing” (baca: dilirik lalu berkedip genit) oleh mahasiswa fakultas hukum di kampus gue. Untuk usaha pertama, kita sering membeli koran yang terdapat di depan gedung fakultas hukum. Disana sering dipenuhi anak-anak hukum yang sedang wifi-an. Saat membeli koran, kita sering membuat percakapan kurang penting atau tidak penting dengan abang koran. Semisal ‘bang, jualan koran ya?’, ‘udah berapa lama jualan, bang?’, ‘kompas dua ribu dapet dua ya, bang?’ dan segala pertanyaan yang seharusnya di jawab dengan bacokan. Kita berlama-lama disitu hanya untuk menunggu “tuing-tuing” dari salah satu pria disana. Sampai suatu ketika ada mahasiswa dengan perawakan tinggi, kurus dan memakai kacamata dengan sebuah tas, celana jeans trendy yang resletingnya terbuka setengah dan uang seribuan yang nongol sedikit dari kantong didadanya, menatap Bunga. Lelaki itu berjalan kearah kami, masih menatap Bunga lalu berkedip beberapa kali sampai melewati kami. Dan sudah gue kira, Bunga sangat senang dengan kejadian tadi. Dia mengingat setiap detik adegan tadi. Dan dia berjanji untuk melewati gedung fakultas hukum setiap hari hanya untuk melihat wajahnya ynag kedua atau mungkin ketiga kalinya. Gue cuma bisa tersenyum kecut saat melihat Bunga bahagia. Disaat gue tau setelah lelaki itu berkedip beberapa kali dan melawati Bunga, gue liat dia mengucek-ngucek matanya. Dan udah pasti, tadi dia kelilipan, atau dia baru bangun tidur atau dia menderita sakit mata atau dia belekan. Yang pasti dia tidak “tuing-tuing” kepada Bunga. Inilah bukti gue adalah teman yang baik, disaat temannya bahagia untuk hal yang tidak dia ketahui dengan pasti. Gue tulis kisahnya di blog gue. Maaf ya miss bro. J

*nama disamarkan, kejadian hampir sama yang didramatisir*

Tidak ada komentar :

Posting Komentar