your life is just a sketch by pencil in your heart and your mind.

Dituntut Bertarung



Entah sejak kapan. Entah saja. Tak tahu. Kadang masih banyak nafas yang tersengal saat ingin ku hela. Berat di pikir berat dijalani. Hanya saja ini sudah berjalan sebegitunya. Apa banyak manusia besar merasakan hal serupa. Hal yang kadang merasa ingin tidak apa-apa saja. Bukan menyerah. Setidaknya kalah itu tak dirasa. Entah sejak kapan. Kadang memang aku yang menantang untuk bertarung. Kadang aku juga yang mengindari ring tersebut. Sepertinya aku berjalan sudah jauh. Hingga lelah rasa di langkah. Namun yang kudapat apa. Tidak pernah sebesar semangat yang awalnya membara. Sekarang tidak. Tidak saja. Sepertinya aku naik sudah tinggi. Hingga tipisnya atmosfer semangatnya ini kurasa. Lelah. Tak ada yang ku capai. Tak ada yang ku dapat. Bukan menyerah. Hanya saja lelah. Lelah saja.

Mungkin terlalu tinggi ekspektasi terhadap keberhasilan dari segala korelasi perilaku dan tekat. Namun usaha itu tak ada ujungnya. Tapi jika sudah lelah siapa yang mau disalahkan. Bukan menyerah. Hanya saja lelah. Kadang emosi saja mengingat segala rapi menyusun rencana. Habiskan waktu hanya untuk kecewa. Bukan menyerah. Hanya saja tidak melakukan apa-apa justru yang tidak sia-sia. Persetan dengan segala expectation. Hancur sudah. Bukan kalah. Hanya saja tidak kalah akan lebih baik. Kesal. Lebih banyak kesal. Hanya saja ada titik yang sudah kupandangi dari jauh. Setiap mendekat titik itu berlari menjauh.

“Tidak begini seharusnya”. Itu menurut pikiranku. Namun ketika kita bicara kenyataan maka bukan tentang pikiran atau omongan. Namun tentang segala yang kelihatan. Yasudah kesal hanya menyksa diri. Hampir menyerah. Tapi tidak ingin menyerah. Hanya saja hati ini tinggal setengah. Kaki ini tinggal sebelah. Semangat ini tidak seutuhnya. Kembali bukan jawaban sepertinya. Maju-pun tak semudah kelihatannya. Hanya mampu mengikuti alurnya. Ini jelas bukan pilihan. Ini tuntutan. Walau tak mungkin. Walau kecewa. Walau tak sesuai. Aku akan menghentikannya sementara. Rehat dari segala prasangka. Tingga dunia paham dan mau berpihak untukku.







Dari tempat yang disebut rumah. Dari hati yang entah kemana. Dari diri yang jelas kalah.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar