Dituntut Bertarung
kennarayan
07.20
Entah sejak kapan. Entah saja. Tak tahu. Kadang masih banyak
nafas yang tersengal saat ingin ku hela. Berat di pikir berat dijalani. Hanya saja
ini sudah berjalan sebegitunya. Apa banyak manusia besar merasakan hal serupa. Hal
yang kadang merasa ingin tidak apa-apa saja. Bukan menyerah. Setidaknya kalah
itu tak dirasa. Entah sejak kapan. Kadang memang aku yang menantang untuk
bertarung. Kadang aku juga yang mengindari ring tersebut. Sepertinya aku
berjalan sudah jauh. Hingga lelah rasa di langkah. Namun yang kudapat apa. Tidak
pernah sebesar semangat yang awalnya membara. Sekarang tidak. Tidak saja. Sepertinya
aku naik sudah tinggi. Hingga tipisnya atmosfer semangatnya ini kurasa. Lelah. Tak
ada yang ku capai. Tak ada yang ku dapat. Bukan menyerah. Hanya saja lelah. Lelah
saja.
Mungkin terlalu tinggi ekspektasi terhadap keberhasilan dari
segala korelasi perilaku dan tekat. Namun usaha itu tak ada ujungnya. Tapi jika
sudah lelah siapa yang mau disalahkan. Bukan menyerah. Hanya saja lelah. Kadang
emosi saja mengingat segala rapi menyusun rencana. Habiskan waktu hanya untuk
kecewa. Bukan menyerah. Hanya saja tidak melakukan apa-apa justru yang tidak
sia-sia. Persetan dengan segala expectation. Hancur sudah. Bukan kalah. Hanya saja
tidak kalah akan lebih baik. Kesal. Lebih banyak kesal. Hanya saja ada titik
yang sudah kupandangi dari jauh. Setiap mendekat titik itu berlari menjauh.
“Tidak begini seharusnya”. Itu menurut pikiranku. Namun ketika
kita bicara kenyataan maka bukan tentang pikiran atau omongan. Namun tentang
segala yang kelihatan. Yasudah kesal hanya menyksa diri. Hampir menyerah. Tapi tidak
ingin menyerah. Hanya saja hati ini tinggal setengah. Kaki ini tinggal sebelah.
Semangat ini tidak seutuhnya. Kembali bukan jawaban sepertinya. Maju-pun tak
semudah kelihatannya. Hanya mampu mengikuti alurnya. Ini jelas bukan pilihan. Ini
tuntutan. Walau tak mungkin. Walau kecewa. Walau tak sesuai. Aku akan
menghentikannya sementara. Rehat dari segala prasangka. Tingga dunia paham dan
mau berpihak untukku.
Dari tempat yang disebut rumah. Dari hati yang entah kemana.
Dari diri yang jelas kalah.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar