Memandang Gelap
kennarayan
06.17
Indahnya tak terlihat, atau parahnya itu hilang. Tak setiap
hari hal ini terjadi. Bisa jadi ini membutakan saja. Walau tak tahu sampai
kapan. Jelas sudah salah dengan caranya memandang. Jelas sudah gelap yang
dipandang. Hitam pekat tak pernah menanda. Bahkan arah kau hiraukan. Darimana yakin
itu muncul ditengah ketidakberdayaan. Ku pernah titipkan api yang sengaja kau
basahi. Bahkan aku menyuruhku pergi dan berkata: “basahi semua api, buang semua
cahaya.”
Indahnya sedikit memudar. Namun tak mampu dipandang. Sesak sedikit,
tersenggal nafas ini sakit. Mungkin akan mati. Tidak dalam sedih sendiri. Keputusan
ini jelas diri yang ambil. Segala buruk ku terima. Segala baik, terima kasih. Jelas
aku belum pergi. Masih dalam air yang menenggelamkan pikir. Aku bernafas. Kau baik-baik
saja. Aku dalam bahaya. Kau baik-baik saja.
Mengapa kita tak saling memandang?
Bodohnya aku. Jelas kau dalam gelap. Jelas aku dalam air.
Seyakin apa kita melakukan hal-hal ini?
Bodohnya aku. Jelas kau tak pernah tahu.
Sudah dapat dipastikan. Aku tak bernafas. Kau tak melihat. Aku
tak melihat. Kau tak tau. Aku bodoh. Kaupun sama. Bersiaplah mati terjerat
waktu yang mengulur.
Dari ku malam.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar