Just a Story

your life is just a sketch by pencil in your heart and your mind.

Sembari melangkah dan berfikir

Hari ini, ada hati yang kecewa. Ketika rindu berujung temu, namun hanya ada sapa tanpa makna. Bicara sembari berlalu, mengajak canda namun tak menatap. Hilang bersama langkah yang tak sejajar.
Seharusnya aku mengenalmu. Atau tak seharusnya. Kecewa.
Aku tak bisa menatapmu lebih lama. Aku tak sanggup di dekatmu lebih lama. Entah kenapa.
Aku bisa apa, jika kau hanya melihatku dibelakangmu. Aku bisa apa, jika rasa yang kusimpan tak bisa kuungkap.
Aku senang kau bisa memilih siapa dengan siaoa kau bahagia. Aku cukup memastikan jika kau tak bahagia dengannya, aku disini terus berusaha untuk kau bahagia. Walau tak denganku.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Silahkan mendua

Silahkan untukmu, untuk mendua. Tak ada salahnya kau mencari rasa yg pada diriku tak ada. Tak ada salahnya pun jika dia tau jadi yang kedua.

Mengapa kau ingin mendua?
Jika semua rasa dan cinta aku punya
Jika semuanya yg kau mau ada
Jika semua kasih dan sayang kita bisa

Silakan mendua
Dengan izinku kau boleh pergi dengannya
Dengan restu ku kau boleh berbagi tawa
Asal kau bahagia, aku juga

Jangan mendua
Jika kau hanya menyakitinya
Jika kau masih punya rasa setia
Jika kau memang ingin kita selamanya

Kau boleh mendua
Kau ku izinkan mendua
Ku restui kau mendua
Silahkan kau mendua

*Sebuah cerita seorang teman yg sudah menikah, dan mengijinkan pasangannya untuk mendua. Hanya dengan syarat: 'aku harus tau, dan kau boleh lakukan apapun yg kamu mau.' Membuat saya mengerti bahwa keterbukaan sangat penting dalam menjalin hubungan. Thank Dhi and Rhi. Kalian hebat.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Mengapa Harus Jumpa

Hai kamu!!
Sudah lama tak jumpa. Terasa seperti sangat lama. Terhitung tahunkah. Aku tak mau bicara tentang rindu. Hanya ingin jumpa yang menggebu.

Kenapa tak jumpa
Jujur aku punya rasa
Ada yang mengikat kata
Memandangmu dengan berbagai warna
Tapi aku melihat kabar dari partikel layang yang tertangkap layar

Mengapa harus jumpa (dengan tanda tanya)

Sebab sudah lama kita tak sua

2 komentar :

Posting Komentar

Tak bicara

Tak bicara. Atau hanya tak mampu. Aku bersembunyi dibalik kata. Banyak terpikirkan saat tak besama. Saat bertatap ada senyum yang menghentikan waktu.

Sesak di dada. Tenggelam. Tersedak air keraguan akan sebuah jawaban. Bukan itu. Aku lebih takut bicaraku tak sampaikan segala. Tak ungkapkan isi kepala. Tapi kata juga terlalu bermakna. Yang justru membuatnya jadi rancu. Aku dalam usaha. Aku dalam juang menyampaikan sesuatu. Tak ada 
maksud tertentu. Hanya ingin kau tahu.

Diantara kita yang tak saling bicara. Kau tahan waktu bersama rindu.

Aku tak bicara. Tapi jelas berkata. Aku menulisnya. Mendekatlah. Tapi jangan kau cari sempurnanya manusia. Aku akan sampaikan sebuah cerita dimana waktu bersama sementara dan pernah. Dingin dan hujan bekukan kita. Dalam tawa dan canda. Tapi sekarang bicara aku tak bisa.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Laki-laki dengan tattoo bertuliskan nama perempuan lain.


Hai, laki-laki. Iya, kamu. Dengan tattoo di lengan sebelah kanan. Tanganmu tak terlalu kecilkah untuk kau hiasi. Tak apa. Itu indah. Sesuatu dengan warna hitam itu sebuah kesederhanaan. Namun aku tak mampu dengan jelas melihat bentuknya. Laki-laki dengan tattoo di lengannya. Berkaus abu-abu dan bercelana jeans. Menatap dalam dengan matanya yang tak besar. Melangkah seirama dengan waktu. Mendekat perlahan kearahku.

Hai, laki-laki. Kamu, siapa lagi?
Bukan apa-apa kamu tersenyum. Hanya saja sapa itu terlalu berarti. Sedikit mengangguk dengan senyum yang semakin sumringah. Apa kita pernah bertemu? Tak ada yang bisa menjawab, termasuk aku. Kamu seperti sudah ada dalam hari-hariku. Namun, mengapa aku tak mampu menyapanya? Tak mampu berlari kearahnya lalu memeluknya seperti dulu. Aku menghindari tangis dan cemburu yang ada jika aku lakukan itu.

Sayang kejadian itu hanya terhitung detik. Terlalu menikmati waktu aku di dalamnya. Tanpa sadar kamu sudah menggenggam tangan perempuan lain. Menatapnya. Tersenyum lebih lebar lagi. Dengan perempuan itu kau terlihat lebih bahagia. Bahkan kamu terlalu bahagia untuk terus ku pandangi. Apalagi ‘Cicile’ dengan font italic melekat di tanganmu. Aku turut tersenyum. Bahkan kamu menuruti segala ingin perempuan itu. Jelas aku mengerti. Semudah itu kamu memberikan yang perempuan itu tunjuk: sebuah balon berbentuk sponge bob.


Kau ayah yang luar biasa.

Jakarta, 250115
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*ini buat temen yang udah lama kenal. dan ini pertama kalinya kita jalan(cfd-an) bareng lagi, dan anaknya yg lucu banget itu. dan gak nyangka aja kalau seorang Adhi itu udah punya anak dengan jiwa bapak-bapak yg keren banget. kadang pengen manggil lu babon di depan anak lu.  hahahahaha*

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Dituntut Bertarung



Entah sejak kapan. Entah saja. Tak tahu. Kadang masih banyak nafas yang tersengal saat ingin ku hela. Berat di pikir berat dijalani. Hanya saja ini sudah berjalan sebegitunya. Apa banyak manusia besar merasakan hal serupa. Hal yang kadang merasa ingin tidak apa-apa saja. Bukan menyerah. Setidaknya kalah itu tak dirasa. Entah sejak kapan. Kadang memang aku yang menantang untuk bertarung. Kadang aku juga yang mengindari ring tersebut. Sepertinya aku berjalan sudah jauh. Hingga lelah rasa di langkah. Namun yang kudapat apa. Tidak pernah sebesar semangat yang awalnya membara. Sekarang tidak. Tidak saja. Sepertinya aku naik sudah tinggi. Hingga tipisnya atmosfer semangatnya ini kurasa. Lelah. Tak ada yang ku capai. Tak ada yang ku dapat. Bukan menyerah. Hanya saja lelah. Lelah saja.

Mungkin terlalu tinggi ekspektasi terhadap keberhasilan dari segala korelasi perilaku dan tekat. Namun usaha itu tak ada ujungnya. Tapi jika sudah lelah siapa yang mau disalahkan. Bukan menyerah. Hanya saja lelah. Kadang emosi saja mengingat segala rapi menyusun rencana. Habiskan waktu hanya untuk kecewa. Bukan menyerah. Hanya saja tidak melakukan apa-apa justru yang tidak sia-sia. Persetan dengan segala expectation. Hancur sudah. Bukan kalah. Hanya saja tidak kalah akan lebih baik. Kesal. Lebih banyak kesal. Hanya saja ada titik yang sudah kupandangi dari jauh. Setiap mendekat titik itu berlari menjauh.

“Tidak begini seharusnya”. Itu menurut pikiranku. Namun ketika kita bicara kenyataan maka bukan tentang pikiran atau omongan. Namun tentang segala yang kelihatan. Yasudah kesal hanya menyksa diri. Hampir menyerah. Tapi tidak ingin menyerah. Hanya saja hati ini tinggal setengah. Kaki ini tinggal sebelah. Semangat ini tidak seutuhnya. Kembali bukan jawaban sepertinya. Maju-pun tak semudah kelihatannya. Hanya mampu mengikuti alurnya. Ini jelas bukan pilihan. Ini tuntutan. Walau tak mungkin. Walau kecewa. Walau tak sesuai. Aku akan menghentikannya sementara. Rehat dari segala prasangka. Tingga dunia paham dan mau berpihak untukku.







Dari tempat yang disebut rumah. Dari hati yang entah kemana. Dari diri yang jelas kalah.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Menghindari kecewa

Setiap saja aku selalu ingin tahu tentang kabarmu. Seberapa jauh jarak yang coba kau buat diantara kaki dan langkah. Seberapa tidak pahamnya kau. Memikirkan kata saja membuat ku gagap. Kalap. Kau bersama jelas dengan bayang yang menghilang. Lama. Lama sudah jelas kau begini. Dan aku hanya mampu bungkam dengan segala fakta yang gamblang. Jelas bukan ini yang kau cari. Jelas gelap dan sepi tak ku mengerti. Tapi kau terus tertawa dalam hati. Senyum sumringah itu terlihat begitu saja. Tidak dengan kenyataan di depan yang terawang-awang. Kau ijinkan malam menghilang. Yang tak bersama sapanya. Namun aku tidak.

Aku menghindari kecewa. Tidak hanya satu aku pernah terluka. Bersama sapa dan berlalu begitu saja. Ijinkan aku pamit sejenak. Dari niatan yang tak berniat atas aku. Coba buat aku membalik pandanganku. Namun kau jangan kembali dulu.

Tak hanya kecewa yang ku hindari. Hati yang berkeluh ini hanya membuat prasangka. Buruknya jelas akan jadi dosa. Namun mengijinkan pergi itu tidak mudah. Jika hanya mengidari kecewa, mengapa dengan tidak berharap saja. Bahkan tidak untuk sekedar berekspektasi.


Setidaknya kau tau untuk malam yang selalu ku sembunyikan. Aku tak pernah membencimu. Jelas aku sedang mencintaimu. Jangan putar pandanganmu kebelakang. Kearahku. Jelas itu yang ku hindari. Aku menghindari mu. 

Menghindari kecewa.


------------------------------------------------------------------------

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Memandang Gelap

  Indahnya tak terlihat, atau parahnya itu hilang. Tak setiap hari hal ini terjadi. Bisa jadi ini membutakan saja. Walau tak tahu sampai kapan. Jelas sudah salah dengan caranya memandang. Jelas sudah gelap yang dipandang. Hitam pekat tak pernah menanda. Bahkan arah kau hiraukan. Darimana yakin itu muncul ditengah ketidakberdayaan. Ku pernah titipkan api yang sengaja kau basahi. Bahkan aku menyuruhku pergi dan berkata: “basahi semua api, buang semua cahaya.”
  
  Indahnya sedikit memudar. Namun tak mampu dipandang. Sesak sedikit, tersenggal nafas ini sakit. Mungkin akan mati. Tidak dalam sedih sendiri. Keputusan ini jelas diri yang ambil. Segala buruk ku terima. Segala baik, terima kasih. Jelas aku belum pergi. Masih dalam air yang menenggelamkan pikir. Aku bernafas. Kau baik-baik saja. Aku dalam bahaya. Kau baik-baik saja.

  Mengapa kita tak saling memandang?
Bodohnya aku. Jelas kau dalam gelap. Jelas aku dalam air.
  Seyakin apa kita melakukan hal-hal ini?
Bodohnya aku. Jelas kau tak pernah tahu.
  Sudah dapat dipastikan. Aku tak bernafas. Kau tak melihat. Aku tak melihat. Kau tak tau. Aku bodoh. Kaupun sama. Bersiaplah mati terjerat waktu yang mengulur.


Dari ku malam.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Temenan yuk.


Malam ini.
Kadang sebagai perempuan, aku lebih banyak berfikir dari pada merasakan.
Mungkin terlalu banyak rasa yang aku pikirkan atau sebaliknya. 
Ini tepat malam hari.

Hari ini sesuatu tak biasa terpikir begitu saja.
Sebuat pertanyaan timbul: "Apa yang akan perempuan lakukan terhadap rasa?"
Kita buat ini simple saja. Pertanyaan ini tentang bagaimana ‘cara’ atau ‘apa-yang-bisa’ perempuan lakukan terhadap rasa (cinta/ suka/ sayang) pada seseorang. Bahkan ketika pertanyaan itu depermudah justru memunculkan sesuatu yang sulit.
Yaaa, pertanyaannya sudah jelas terjabarkan.
Bagaimana yaaa?

Sekarang kita bahas versi saya yaa. Saya merupakan bukan orang yang terbuka terhadap ‘seseorang’. Mengatakan yang sebanarnya bukan hal yang mudah, walaupun saya bukan tipe yang suka memberi kode (atau semacamnya). Mungkin beberapa perempuan yang memiliki keberanian tersebut akan lebih ‘berperan aktif’ terhadap hubungan. Namun saya dan sebagian orang yang saya kenal bukan termasuk yang ‘berperan aktif’ tersebut. Namun saya menemukan suatu jawaban yang benar versi saya. Ada yang menyebutkan: Laki-laki dan perempuan yang berteman tidak mungkin tidak ada apa-apanya. Dari siapapun yang menyebutkan tersebut menjadi sebuah jawaban:
Ajaklah seseorang itu berteman.
*untuk ada apa-apanya itu urusan Tuhan



Malam 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Little fun trip

Hallo. Long time no see. Hahahahah
Semester lalu sedikit diramaikan dengan tugas yang agak padat. Banyak juga masalah yang timbul. But, I don’t wanna tell you about the problem. Lets talks about my vacation.

My family start the vacation from Tangerang. My father drove it by him self until arrived in Salatiga. Then, aku meluncur dengan bus ke Salatiga dari Solo. Singkat cerita perjalanan ini dimulai dari Solo-Salatiga-Jombang-Blitar-Malang-Denpasar-Surabaya-Demak-Tangerang. 

Dimanapun terdapat udara sejuk, hijaunya dedaunan, dan air yang mengalir, disitulah tepatnya air surga yang menetes ke bumi.





Kadang, gak bisa bohong lagi. Kalau pantai itu juga indah.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

New Year Lettering

Happy new year.
Selamat Tahun baru 2015.



Letering on the middle night

Lettering on 1st January 2015

Semoga tahun ini semua dalam keadaan sehat dan bahagia.


Tidak ada komentar :

Posting Komentar